Beranda | Artikel
Pembelajaran Anak di Rumah dengan Bimbingan dan Nasihat
Minggu, 30 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Pembelajaran Anak di Rumah dengan Bimbingan dan Nasihat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 10 Jumadal Akhirah 1439 H / 26 Februari 2018 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Metode Pembelajaran Anak di Rumah dengan Keteladanan

Kajian Tentang Pembelajaran Anak di Rumah dengan Bimbingan dan Nasihat

Kita sebagai orang tua, walaupun sudah namanya orang tua, tidak dipungkiri masih banyak diantara kita menyandang gelar sebagai orang tua hanya karena menang tua. Kenapa namanya orang tua? Karena lebih tua. Masih banyak diantara kita yang sebenarnya belum cocok untuk menyandang gelar orang tua. Karena kenyataannya tidak sedikit diantara kita yang belum mengetahui bagaimana cara mendidik anak, belum belajar dengan benar bagaimana metode yang baik dalam mendidik anak. Bahkan tidak dipungkiri bahwa tidak sedikit diantara kita yang menjadikan anak ini sebagai kelinci percobaan. Dicoba pakai ini, dicoba pakai ini, dicoba pakai ini, dan ini sebenarnya sebuah fenomena yang memprihatinkan.

Maka untuk memperbaiki kekurangan tersebut, kita terus belajar tentang bagaimana fiqih mendidik anak. Yang sejatinya mendidik anak sama dengan mendidik diri sendiri. Ini yang sering kita lupakan. Mendidik anak sama dengan mendidik diri sendiri. Tidak mungkin kita akan bisa mendidik anak kalau kita sendiri tidak kita didik. Tidak mungkin kita memperbaiki anak kalau kita sendiri tidak memperbaiki diri sendiri. Sehingga ketika ada jama’ah pengajian yang kemudian bertanya, “sampai kapan kita belajar tentang pendidikan anak?” Jawabannya adalah sampai kita tidak mendidik anak. Yaitu ketika kita mati. Selama kita mendidik anak, kita butuh ilmu tentang pendidikan anak.

Bimbingan dan Nasihat

Membimbing dan menasihati anak membutuhkan kasih sayang yang keluar dari relung-relung hati yang paling dalam. Tentu berbeda antara orang yang mendidik sekedarnya dengan orang yang mendidik karena dorongan kasih sayang.

Orang yang mendidik sekedarnya, kalau di sekolahan yang penting kurikulum selesai, yang penting buku panduan dibaca semuanya, yang penting saya dapat gaji. Orang-orang yang mendidik anak polanya seperti itu tentu akan berbeda hasilnya dengan orang yang mendidik anak karena dorongan kasih sayang. Keikhlasan akan membuahkan hasil yang berbeda dengan sesuatu yang dikerjakan serampangan dan asal-asalan. Dalam segala sesuatu, Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan umatnya untuk menjalankan segala sesuatu dengan kesungguhan.

إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

Allah suka manakala melihat hambaNya menjalankan sesuatu dengan kesungguhan.” (HR. Abu Ya’la)

Menjalankan sesuatu bukan sekedar formalitas, tetapi karena betul-betul dorongan dedikasi, kasih sayang, kesungguhan. Maka nasihat yang dikeluarkan dari hati berbeda dengan nasihat yang dikeluarkan dari lisan. Nasihat yang dikeluarkan dari hati akan masuk ke hati dan nasihat yang dikeluarkan dari lisan hanya akan lewat disamping telinga, tidak sampai masuk ke dalam telinga. Muhammad bin Wasi’, seorang ulama yang wafat pada tahun 127 Hijriyah. Beliau pernah mengatakan:

الكلمة إذا خرجت من القلب وقعت في القلب

“Nasihat itu kalau dikeluarkan dari hati Maka masuknya juga akan ke dalam hati”

Sudah saatnya kita introspeksi diri. Sering orang bertanya mengeluhkan “Kenapa anak saya kalau dinasihati tidak mendengarkan nasihat orang tuanya? Kenapa anak saya maunya sesuai dengan keinginan sendiri tidak mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh Bapak dan Ibunya? Kenapa anak saya seperti ini? Kenapa anak saya seperti itu? Sebelum kita membahas anak, kenapa kita tidak bahas diri kita? Karena bisa jadi sumber masalahnya ada didalam diri kita. Nasihat yang disampaikan oleh Imam Muhammad bin Wasi’ adalah nasihat yang beliau sampaikan kepada seorang guru yang merasa saat mengajari muridnya, muridnya tidak memperhatikan apa yang disampaikan. Dia merasa murid-muridnya cuek. Maka beliaupun konsultasi dengan seorang ulama yang bernama Muhammad bin Wasi’. Ketika guru itu datang kepada Muhammad bin Wasi’ dan mengeluhkan tentang perilaku muridnya, jawabannya Muhammad bin Wasi’, “Sepertinya yang bermasalah itu kamu!”

Jadi, Imam Muhammad bin Wasi’ mengajak kepada para guru, termasuk kepada para orang tua, jangan terburu-buru menyalahkan anak, jangan terburu-buru menyalahkan murid, jangan terburu-buru menyalahkan santri, jangan terburu-buru menyalahkan jama’ah pengajian. Bisa jadi yang bermasalah itu adalah orang tuanya atau gurunya atau ustadznya atau kyainya. Maka dari itu beliau katakan, “nasihat itu kalau dikeluarkan dari hati masuk ke dalam hati.”

Apa maksudnya nasihat keluar dari hati?

Nasihat dari hati itu tetep dikeluarkan lewat lisan, orangnya tetap berbicara. Akan tetapi bicaranya itu didorong dari kasih sayang yang ada didalam hati. Nasihat itu keluar dari lisan didorong dari ketulusan yang ada didalam hati. Nasihat itu keluar dari lisan didorong karena keikhlasan yang ada didalam hati. Perpaduan antara keikhlasan didalam hati, ketulusan didalam hati, kasih sayang didalam hati, itulah yang akan membuat nasihat yang keluar dari lisan berbobot dan akan menembus masuk ke dalam hati orang yang dinasihati. Ini adalah salah satu poin terpenting yang harus diperhatikan didalam metode nasihat dan bimbingan.

Kemudian ketika kita menyampaikan nasihat agar nasihat kita membawa perbaikan, maka perlu diperhatikan poin-poin berikut ini.

Pertama, nasihat perlu diulang-ulang.

Diulang-ulang saja masih sering lupa, palagi tidak diulang-ulang. kenapa Ustadz karena memang tabiatnya manusia itu gampang lupa. Jangankan yang anak-anak kecil, yang dewasa saja seperti itu. Padahal orang dewasa secara teori otaknya lebih sempurna daripada anak kecil. Kalau yang otaknya sempurna saja masih sering lupa apalagi yang otaknya belum sempurna?

Makanya dahulu ulama kita mengumpamakan mendidik dimasa kecil seperti mengukir diatas batu. Mengukir diatas batu membutuhkan berapa kali pukulan palu? Berpuluh-puluh bahkan mungkin beratus-ratus kali. Begitulah kira-kira mendidik anak. Perlu diulang-ulang dan tidak cukup hanya sekali.

Simak penjelasannya pada menit ke-17:58

Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Pembelajaran Anak di Rumah dengan Bimbingan dan Nasihat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45574-pembelajaran-anak-di-rumah-dengan-bimbingan-dan-nasihat/